CNO,Kabupaten Sleman – Seni budaya lokal terus di pertahankan dengan berbagai atraksi budaya diantaranya Seni Pertunjukan Kethoprak, kali ini mengambil Tema masa penjajahan Japang dan kebijaksanaan Sri Sultan HB Ke-IX, untuk mensejahterakan sekaligus menyelamatkan masyarakat Yogyakarta dari aksi kekejaman penjajahan Japang dalam kerja paksa (Romusa).
Kegiatan di awali dengan sarasehan bertajuk “Roadshow Kesejarahan” Pementasan Kethoprak Selokan Mataram, mengungkap kebijaksanaan Sri Sultan Hamengkubuwono IX dalam mempertahankan kemakmuran Yogyakarta.
Dengan nara sumber Julianto Ibrahim,Ahli Sejarah dari UGM.,Benni Sudjendro, mantan Carik Desa Margodadi., Sukaryanto, Dukuh, dengan moderator, Ibnu Sutopo.
Ahli sejarah dari UGM menuturkan, bahwa Ngarso Dalam Sri Sultan Hamengkukuwono IX yang bertakta kala itu, saat tentara pendudukan Japang masuk ke Indonesia dengan tujuan menguasai sumber daya alam, sumber daya ekonomi di Kalimantan dan sumber daya manusia untuk membangun benteng pertahanan tentara Japang dalam menghadapi perang Asia Timur, Raja Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, (Sri Sultan HB IX), dengan cepat memahami situasi yang terjadi, karena Japang memaksa semua pria tua dan muda untuk mengikuti kerja paksa (Romusa), maka dengan bijaksana Sri Sultan HB IX berusaha melindungi rakyatnya dari kerja paksa tersebut, dengan mengusulkan kepada tentara Japang agar masyarakat Yogyakarta tidak usah ikut kerja paksa di luar Yogyakarta tapi di alihkan untuk membangun saluran irigasi (selokan mataram) yang akan berfungsi untuk menyediakan bahan pangan bagi Japang sekaligus sebagai bagian dari pertahanan.
Pagelaran seni pertunjukan Kethoprak ini menggambarkan situasi jaman penjajahan dimana keadaan rakyat Jogja dibawah pendudukan tentara Japang sangat tersiksa karena harus kerja paksa (Romusa), rakyat sangat menderita dan kekurangan sandang, pangan.
Dengan kebijaksanaan Raja Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (Sri Sultan HB ke-IX) tersebut Rakyat Yogyakarta diselamatkan dari kekejaman dan penindasan penjajah Japang.
Pagelaran seni pertunjukan kethoprak ini sangat diminati oleh warga dari berbagai kalangan dan usia, bertempat di Dusun Pete , Kalurahan Margodadi, Kapanewon Sayegan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (8/11/2024) malam.
Untuk diketahui bahwa Selokan mataran dibangun antara tahun 1942 sampai tahun 1944, dengan panjang 30.8 km, dengan menghubungkan sungai progo di barat (bendungan karangtalun) dan sungai Opak ditimur, selokan mataram oleh Japang disebut Gunsei Hasuiro atau Gunsei Yasuiro, berfungsi sebagai saluran irigasi mengairi lebih dari 15 ribu ha sawah, tutur Dukuh Sukaryanto.
Perwakilan dari Dinas Kebudayaan DIY menuturkan bahwa melalui pertunjukan Kethoprak kita berusaha mensosialisasikan, menarasikan kembali peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi dimasa lampau, tidak hanya hari penegakan kedaulatan negara tapi juga hari keistimewaan DIY dan Jogja kembali.
Setiap komunitas kami beri kebebasan untuk mengekspresikannya terutama adalah misinya dapat diketahui oleh masyarakat bahwa ternyata sejarah tercipta seperti ini.pungkasnya.
Kegiatan ini dihadiri oleh Perwakilan Dinas Kebudayaan DIY, Dinas Kebudayaan Sleman., Panewu Sayegan., Forkopimcam Sayegan, Lurah se Kapanewon Sayegan, Lurah Margodadi, dan seluruh Pamong se Kalurahan dan masyarakat Kalurahan Margodadi, Sayegan,Sleman.
(Agus.w.u)