LEBAK,CNO – Upaya akselerasi pembangunan di wilayah Lebak bagian selatan terus digaungkan berbagai elemen, termasuk kalangan legislatif. Salah satu langkah konkret ditunjukkan oleh Sekretaris Komisi IV DPRD Kabupaten Lebak dari Fraksi Partai Gerindra, Samboja Uton Witono, yang melakukan kunjungan silaturahmi ke kediaman tokoh nasional Setiawan Djody, seorang maestro musik sekaligus pengusaha senior Indonesia, di bilangan Kemanggisan Raya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Pertemuan yang berlangsung hangat itu bukan sekadar ajang pertemuan dua tokoh lintas generasi, namun menjadi forum strategis membahas arah masa depan Lebak Selatan — sebuah kawasan yang selama ini dikenal memiliki potensi luar biasa namun belum tergarap optimal, baik dari sektor ekonomi, pariwisata, maupun pelestarian budaya lokal.
Dalam siaran persnya, Samboja mengungkapkan bahwa Setiawan Djody menyatakan ketertarikannya untuk menanamkan investasi di wilayah Lebak Selatan, sebuah sinyal positif yang menunjukkan bahwa daerah yang selama ini kerap tersisih dalam arus utama pembangunan, mulai mendapat perhatian dari tokoh-tokoh nasional.
“Alhamdulillah, beliau menyambut baik kedatangan kami. Bahkan menyampaikan secara langsung ketertarikannya untuk ikut serta membangun wilayah selatan Lebak,” ujar Samboja, politisi muda yang dikenal dekat dengan komunitas wartawan dan juga pembina PPWI Kabupaten Lebak.
Potensi Alam, Warisan Budaya, dan Sumber Daya Manusia Jadi Daya Tarik
Dalam pertemuan tersebut, Samboja memaparkan secara rinci potensi kekayaan alam Lebak Selatan. Mulai dari hasil pertanian dan perkebunan,energi mineral, kekayaan hasil laut dari garis pantai selatan, hingga destinasi wisata alam yang belum tersentuh pembangunan, seperti pantai-pantai eksotik, kawasan pegunungan yang sejuk, dan situs-situs budaya masyarakat adat Baduy dan komunitas Sunda Wiwitan yang masih lestari hingga kini.
Potensi ini, kata Samboja, bukan hanya soal ekonomi semata, tetapi mengandung nilai kultural dan spiritual yang menjadi identitas lokal masyarakat Lebak Selatan. Oleh karena itu, ia berharap setiap investasi yang masuk dapat menghormati nilai-nilai kearifan lokal, memberdayakan masyarakat, serta tidak merusak alam dan budaya setempat.
“Kami tidak ingin hanya sekadar investasi ekonomi. Yang kami harapkan adalah kemitraan yang tumbuh dari semangat gotong royong dan saling menjaga. Kita punya budaya yang kuat, kita punya tanah yang subur, dan masyarakat yang ramah. Ini semua bisa jadi kekuatan besar bila dimanfaatkan dengan bijak,” terang Samboja.
Politisi yang mengawali karirnya sebagai pengusaha ini juga menyampaikan bahwa kepastian hukum, keamanan, dan kenyamanan menjadi jaminan bagi para investor yang ingin menanamkan modalnya di Lebak. Pemkab Lebak, menurutnya, siap memberikan dukungan penuh kepada mitra usaha yang berkomitmen terhadap pembangunan berkelanjutan.
“Kita akan kawal para pengusaha agar mendapatkan jaminan keamanan dan kenyamanan, serta kemudahan dalam pengurusan izin usaha. Yang paling penting, keberadaan mereka juga harus berdampak langsung pada daerah, termasuk dalam hal kontribusi pajak dan penyerapan tenaga kerja lokal,” lanjut Samboja.
Tak hanya soal ekonomi, Samboja juga mendorong agar investasi yang masuk membuka ruang kreatif bagi generasi muda Lebak. Salah satu wacana yang dibicarakan bersama Setiawan Djody adalah pembangunan pusat seni dan budaya, yang tidak hanya menjadi ruang ekspresi, tapi juga wahana edukasi dan wisata yang bisa menggerakkan ekonomi lokal.
Harapan untuk Masa Depan Lebak Selatan
Pertemuan ini menjadi secercah harapan bagi percepatan pembangunan Lebak Selatan. Wilayah yang selama ini masih menghadapi tantangan keterbatasan infrastruktur dan rendahnya nilai investasi, mulai dilirik karena daya tarik kealamian dan nilai budayanya yang otentik.
Langkah Samboja Uton membuka komunikasi dengan tokoh nasional seperti Setiawan Djody adalah contoh nyata bagaimana politik bisa menjadi alat diplomasi pembangunan,bukan sekadar perebutan kekuasaan. Dengan pendekatan kolaboratif, Samboja berharap Lebak Selatan bisa keluar dari ketertinggalan dan menjadi kawasan yang mandiri secara ekonomi, tangguh secara sosial, dan berdaulat dalam budaya.
(red)