CNO,Sleman – Ratusan warga masyarakat Dusun Terwilen, Kalurahan Margodadi, Kapanewon/ Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memadati lapangan Dusun Terwilen pada malam Jumat tanggal 27 September 2024.
Kedatangan ratusan warga ini, guna menyaksikan pergelaran wayang kulit semalam suntuk. Hal itu disampaikan Kepala Dukuh Dusun Terwilen, Sukaryanto saat ditanya awak media saat acara berlansung.
Sukaryanto, mengatakan malam ini kami warga masyarakat Dusun Terwilen mengelar acara wayang kulit semalam suntuk dengan lakon, Wirotoparwo,” ucapnya.
” Sukaryanto, menerangkan bahwa pergelaran seni budaya ini, agar kita bisa melestarikan budaya yang adiluhung peninggalan dari kakek moyang kita yang mana nilai – nilainya sangat tinggi mengajarkan tata karma, etika, kemudian sopan santun, tanggungjawab terhadap tugas itu semua tergambar di cerita atau di pergelaran wayang kulit ini.
Jadi ada contoh – contoh siapa yang berbuat jahat akan menuai akibatnya, siapa yang berbuat baik akan menuai hasilnya,” ucapnya.
Ia juga menyampaikan pergelaran wayang kulit atau kesenian yang lain, bisa dua bulan sekali bisa setengah setahun sekali semuanya itu tergantung nanti kalau ada dananya atau tidak,” terangnya.
Namun demikian, kalau kami tidak ada gelar budaya namun latihan rutin kita lakukan setiap malam Selasa bertempat di Sanggar seni laras budaya Terwilen, Margodadi, Seyegan, Sleman, DIY selalu mengadakan kegiatan latihan.
Jadi tujuannya tidak semata – mata untuk pentas, tapi benar – benar melestarikan budaya dari leluhur kita,” ucap Sukaryanto.
Sukaryanto juga menceritakan sejak tahun 2013 sudah menjadi dalang, karena dari saya SMP sudah suka ketoprak.Ia juga mencerikan masa lalunya pada tahun 1996 sudah mulai di MC bahasa jawa dan lain – lainnya, kemudian kalau ketoprak sudah lama saya tekunkan bahkan semenjak saya di SMP sudah ikut.
Di singgung tentang cerita yang ia bawakan nantik, Sukaryanto menyebutkan dulu dalam cerita itu Pandawa itu bermain dadu dengan kurawa atau Artina.Pandawa kalah semua ditaruhan termasuk negara, kekayannya sampai istrinya raja pun di taruhkan.
Setelah kalah, dia mendapat dalam perjanjian dia mendapat hukuman 12 tahun tinggal di hutan.”Hidup dihutan 1 tahun ia menyamar sebagai rakyat kecil, dalam penyamarannya itu diketahui oleh Kurawa.
Lalu diulang lagi 12 tahun hidup di hutan, kemudian satu tahun hidup dia menyamar lagi sebagai orang kecil. Kemudian dia waktu yang satu tahun itu, ngwulo atau mengabdi di Kerajaan Wiroto rajanya Prabu Masopati.
Kebetulan Masopati itu, kehabisan Senopati atau Panglima perang, akhirnya diberontak didatangi musuh dari negara Trigarto yang sudah bersekutu dengan Astina.
Akhirnya sang raja tertangkap sang Prabu Masopati raja Wiroto tertangkap yang bisa merebut adalah Birawa, Birawa itu samaran dari Werkudara.” Jagal birawa itu sebenarnya Raden Werkudara yang menyamar sebagai Jagal, kemudian musuh yang dari, Astina itu yang bisa mengalahkan Werhatnala.
Werhatnala itu sebenarnya, Arjuna akhirnya musuh mundur semua karena Prabu Mosopati itu sia – sia dengan Werhatnala dan Birawa juga istri Tondo Kangko itu sebenarnya si Prabu Yudistira atau Prabu Puntadewa akhirnya merasa salah meminta maaf dan berjanji ketika terjadi perang besar yang namanya perang Baratayudha dan dia berjanji jangan sampai, Amarta mengeluarkan Senopati sebelum Senopati Wira habis.
” Sukaryanto juga berpesan terutama kepada penerus bangsa jangan lupakan budaya, karena budaya itu adalah aset kita bersama apalagi kita di Sleman dan DIY khususnya budaya itu sangat penting dan perlu kita kembangkan,” tutupnya.
( Agus. W. U)